Pengusaha Sukses = Hukum Sunnatullah;Hukum Newton

Jumat, 11 Juni 2010 | 0 komentar »

Rosulullah Sang Pengusaha Sukses yakin dengan ayat ini ;
QS 48:23. Sebagai suatu sunnatullah[1403] yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.
[1403]. Sunnatullah yaitu hukum Allah yang telah ditetapkanNya.

Artinya cukup dengan perumpamaan yang satu ini !!!

HUKUM NEWTON I disebut juga hukum kelembaman (Inersia).

Sifat lembam benda adalah sifat mempertahankan keadaannya, yaitu keadaan tetap diam atau keaduan tetap bergerak beraturan.

DEFINISI HUKUM NEWTON I :
Setiap benda akan tetap bergerak lurus beraturan atau tetap dalam keadaan diam jika tidak ada resultan
gaya (F) yang bekerja pada benda itu, jadi:
S F = 0 a = 0 karena v=0 (diam), atau v= konstan (GLB)

HUKUM NEWTON II
"Benda yang mendapat gaya akan bergerak dipercepat. Makin besar Gayanya makin besar Percepatannya"
a = F/m
S F = m a
S F = jumlah gaya-gaya pada benda
m = massa benda
a = percepatan benda
Rumus ini sangat penting karena pada hampir semna persoalan gerak {mendatar/translasi (GLBB) dan melingkar (GMB/GMBB)} yang berhubungan dengan percepatan den massa benda dapat diselesaikan dengan rumus tersebut.

DEFINISI HUKUM NEWTON III:
Jika suatu benda mengerjakan gaya pada benda kedua maka benda kedua tersebut mengerjakan juga gaya pada benda pertama, yang besar gayanya = gaya yang diterima tetapi berlawanan arah. Perlu diperhatikan bahwa kedua gaya tersebut harus bekerja pada dua benda yang berlainan.

F aksi = - F reaksi N dan T1 = aksi reaksi (bekerja pada dua benda)

T2 dan W = bukan aksi reaksi (bekerja pada tiga benda)

"Benda yang diam akan cenderung diam, benda yang bergerak akan cenderung bergerak."

Lagi-lagi tulisan Fauzi Rachmanto, dari bukunya "Santaplah Makanan Anjing Anda Sendiri" menggugah saya. Inersia ini saya rasakan sekali dari pembicaraan orang-orang di sekitar saya.

Tidak sedikit orang-orang di sekitar saya yang "hidup dalam zona nyaman". Maksudnya, merasa nyaman dengan kondisinya sekarang dan merasa tidak perlu untuk berusaha lebih keras lagi, apalagi untuk "lompat" ke taraf hidup yang lebih nyaman lagi. Padahal, bukan berarti merasa nyaman ini artinya bebas dari keluh kesah dan gerutuan.

Biaya hidup yang makin tinggi, biaya pendidikan yang mahal, tarif listrik yang akan naik, hanyalah salah sekian dari banyaknya keluh kesah banyak orang yang saya kenal. Tapi, ketika saya mulai berbicara tentang penyelesaiannya, sanggahan dan alasan yang dikeluarkan akan jauh lebih banyak.

Saya memang tidak punya kuasa apa-apa untuk mengatur inflasi kebutuhan hidup, atau biaya pendidikan, atau tarif listrik. Tapi yang saya tahu, di negeri ini, naiknya biaya kebutuhan hidup sudah merupakan hal yang wajar terjadi, bahkan mungkin dari sejak negeri ini merdeka.

Yang bisa dilakukan tidak lain adalah menambah penghasilan kita, sehingga tidak terlalu terpengaruh oleh kenaikan harga-harga.
Soal menambah penghasilan, tentunya ada beberapa jalan:

1. Mendapatkan penghasilan kedua dari bekerja, entah suami yang mengambil pekerjaan kedua atau istri. Tapi biasanya ditanggapi dengan pernyataan, "Zaman sekarang susah cari kerja. Apalagi udah nggak muda lagi. Kalah dong sama yang baru lulus."

OK. Kalau begitu, bagaimana kalau yang ini ?

2. Memulai usaha sendiri.

Nah, biasanya ditanggapi dengan, "Mau usaha apa mbak ? Saya kan nggak punya modal. "
Padahal, ada loh usaha yang modalnya cuma butuh puluhan ribu rupiah saja. Tidak perlu menyediakan stok barang, cukup memperlihatkan katalog ke calon pelanggan. Tapi... tetap saja tanggapannya bernada negatif : "Wah, saya mau ngasih katalog ke siapa mbak ? Orang-orang di sekitar saya, ekonominya pas-pasan semua... "

"Lagi pula, mana ada waktu mbak, saya mesti ngurus anak-anak saya masih kecil-kecil. Tahu sendiri kan, tugas rumah tangga itu nggak ada habis-habisnya..."atau, "Saya seharian kerja mbak, pergi pagi pulang malam. Pulang ke rumah sudah capek... padahal masih harus ngasih perhatian ke anak-anak." "Dan lagi, saya nggak bisa jualan mbak. Nggak berbakat nawar-nawarin barang ke orang..."
Apalagi, begitu tahu bahwa yang saya coba tawarkan adalah peluang mendapatkan penghasilan lewat bisnis MLM. "Wah, MLM ya mbak ? Nggak deh, saya nggak ikut yang begituan... "

Ini alasan klasik, biasanya memang banyak yang sudah 'alergi' duluan sebelum mengerti cara mengerjakan yang benar. "Pasti nanti keluar duit banyak untuk tutup poin kan mbak ? Saya dengar, MLM itu cuma bikin bangkrut saja..."Disini, saya merasakan sekali : benda yang diam akan cenderung diam. Orang yang merasa sudah berada di zona nyaman, akan cenderung punya pikiran untuk tetap berada di zona nyaman, dan sulit untuk keluar.

Kadang saya berpikir, kalau memang malas untuk keluar dari zona nyaman, mengapa orang tsb tidak berusaha memuaskan dirinya sendiri ? Cukupkanlah dengan apa yang anda miliki, tak perlu berkeluh kesah. Apalagi sampai merasa iri dengan orang lain yang punya lebih.

Tapi kalau memang ingin kehidupan yang lebih membuat anda puas, siapkanlah energi untuk melompat. Buka pikiran akan kemungkinan peluang untuk mendapatkan penghasilan, dan usahakan untuk membebaskan pikiran anda dari asumsi-asumsi negatif. Memang tidak mudah dan butuh energi yang tidak sedikit. Tapi toh, ketika anda berhasil bergerak dan merasakan lebih nyamannya hidup, anda akan merasa bahwa apa yang dulu anda pikirkan hanya sebatas mental block semata.

Jiwa Wirausaha, Intisari MLM

| 0 komentar »

Ini suatu pernyataan menarik yang saya baca di majalah Tempo minggu lalu.







Singapura punya 7% enterpreneur, sedangkan Indonesia hanya 0,18%



Dan menurut Pak Ciputra, pendapatan per kapita Singapura 15 x lipat dibanding kita. Lalu, masih menurut Pak Ciputra, pendidikan di Indonesia itu tidak menumbuhkan jiwa enterpreneur. Tidak ada motivasi, inspirasi, apalagi latihan. Jadi, lulusan pendidikan Indonesia itu kebanyakan hanya diplot untuk jadi karyawan, bukan jadi orang yang menggaji karyawan.



Saya juga termasuk hasil dari sistem pendidikan ini. Selama sekolah, yang ada di pikiran hanya belajar yang rajin supaya lulus dengan nilai memuaskan, dan bisa diterima kerja di perusahaan dengan gaji besar.



Bukannya saya menyalahkan cara berpikir seperti ini. Tapi, kalau menurut Robert Kiyosaki, kalau mau masa tua terjamin, jangan kelamaan jadi karyawan. Selama jadi pegawai, belajarlah supaya suatu saat bisa jadi pengusaha.



Untungnya (kalau bisa disebut beruntung ya...), saya nggak betah jadi karyawan. Saya mulai berpikir untuk punya usaha sendiri. Apalagi ketika anak saya lahir, mulai deh saya merasakan "malas jadi pegawai". Soalnya, sebagai pegawai, waktu saya habis untuk ngurusin orang lain, bukannya malah ngurusin anak sendiri.



Tapi, mau jadi pengusaha itu juga bukan soal yang gampang.

Kenapa ?

Yang bisa dijadikan alasan sebenarnya banyak...



Misalnya, tidak tahu dari mana memulainya, karena dari kecil tidak pernah diajarkan untuk jadi pengusaha. Seandainya saya lahir di keluarga Bakrie, gitu... kan otomatis saya bakal diplot untuk mewarisi perusahaan... he he...



Beruntung (ya, saya memang selalu merasa beruntung !) saya ketemu dengan bisnis MLM.



Banyak orang menganggap MLM itu sesuatu yang negatif. Awalnya, saya juga merasa curiga. Tapi, setelah dipertimbangkan dengan seksama, bisnis yang saya jalankan ini justru membuat saya belajar banyak tentang bagaimana memiliki usaha sendiri.



Pertama, saya jadi tahu bahwa punya usaha sendiri itu butuh komitmen dan disiplin yang tinggi. Sebagai seorang karyawan, kita tinggal melakukan apa yang diperintahkan oleh atasan. Kalau kerjaan kita tidak beres, paling-paling dimarahi oleh atasan, tetapi belum tentu membuat perusahaan bangkrut.



Dalam berbisnis, saya dituntut proaktif dan kreatif, agar apa yang saya lakukan bisa memberikan keuntungan di masa depan. Ketika kerjaan saya tidak beres, saya akan mendapat komplain langsung dari customer, dan ini akan mempengaruhi keuntungan yang saya peroleh. Jadi, kalau saya tidak berkomitmen membuat usaha saya berhasil maka bisnis saya akan berakhir.



Lalu, saya juga belajar bagaimana menjual.

Banyak orang, ketika saya tawari untuk bergabung dengan MLM, mengatakan bahwa dia tidak bisa menjual.



Saya juga tidak punya latar belakang sebagai sales, tetapi saya sadar, dalam bisnis apa pun, komponen dasarnya adalah penjualan. Entah barang atau jasa. Sebagai karyawan pun, sebenarnya orang itu menjual jasa dan waktunya untuk perusahaan. Nah, masalahnya, bagaimana membuat penjualan yang efektif.



Berkat MLM, saya jadi banyak membaca buku-buku tentang sales & marketing. Terlebih, karena MLM yang saya ikuti bisa dijalankan secara online, saya juga punya banyak kumpulan artikel tentang internet marketing. Apalagi kelompok MLM kami sering mengadakan workshop tentang internet marketing, yang biayanya murah.



Sebenarnya kalau dipikir, apa sih yang paling menghalangi seseorang untuk jadi pebisnis yang sukses ? Kalau menurut saya, mentalnya.

Tidak mudah menjadi seseorang yang bermental ulet dan tidak gampang menyerah. Padahal kita tahu, yang namanya bisnis itu pasti ada jatuh bangunnya, tidak selamanya berjalan mulus.

Nah, ketika menjalankan bisnis sendiri, tidak semua orang bisa membangun mental yang tahan banting. Dengan bergaul sesama pebisnis MLM, saya jadi punya teman untuk sharing dan bertanya bagaimana cara menghadapi masalah. Dan tentu saja, MLM punya banyak acara untuk meningkatkan motivasi dan memberi kita inspirasi.



Apalagi buat saya, MLM yang saya jalankan ini membuat saya belajar bisnis secara langsung tanpa perlu modal yang besar. Biaya pendaftaran hanya beberapa puluh ribu rupiah saja. Saya juga tidak perlu menyediakan stok barang, sehingga tidak takut mengalami kerugian uang dalam jumlah besar. Saya juga tidak perlu memikirkan promosi produk, karena setiap bulan, pihak perusahaan sudah menyediakannya untuk saya, termasuk katalog dan brosur yang bentuknya menarik. Yang perlu saya lakukan adalah menjalankan prosedurnya saja.

Jangan Diklik !!! Anti MLM, Benarkah?

| 1 komentar »

Buku Adam Khoo yang berjudul Secrets of Self-Made Millionaires membuat saya terpaku. Terutama pada bagian merencanakan hidup. Saya sendiri termasuk orang yang suka membuat rencana. Artinya, dalam melakukan suatu pekerjaan, akan terasa lebih mudah ketika saya sudah memiliki rencana sebelumnya. Tapi saya baru menyadari bahwa hidup pun perlu direncanakan, setelah saya rajin membaca buku-buku self motivation seperti Rich Dad Poor Dad karangan Robert Kiyosaki, atau buku Adam Khoo di atas.



Pernahkah anda merenungkan, seperti apakah kondisi anda 5 - 10 tahun mendatang, jika anda terus melakukan pekerjaan yang sama seperti sekarang ?



Pernahkah anda merenungkan, hidup seperti apa yang sebenarnya anda inginkan untuk kondisi 5 - 10 tahun mendatang ?









Punya rumah sendiri



Menyekolahkan anak-anak di sekolah yang terbaik



Punya waktu lebih untuk keluarga



Punya uang lebih untuk berderma



Punya mobil mewah



Punya kehidupan yang lebih baik...







Kalau anda orang yang sangat optimis, merasa bahwa dalam 10 tahun lagi karir pekerjaan akan terus menanjak, dan bisa membayangkan bahwa diri anda akan lebih makmur dibanding saat ini dalam 10 tahun mendatang, maka anda adalah orang yang sangat beruntung.



Masalahnya, tidak semua orang merasa bahwa dalam kurun waktu 10 tahun mendatang, akan bisa loncat ke level penghasilan yang lebih baik. Sudah bukan hal yang aneh saat ini, perusahaan lebih senang memperkerjakan pegawai kontrak dibanding pegawai tetap. Menjadi pegawai tetap pun, belum tentu bisa disebut aman, karena PHK bisa terjadi sewaktu-waktu. Tidak di-PHK pun, belum tentu bisa naik karir ke level yang lebih tinggi, mengingat persaingan sesama pegawai kantor pun pasti ada.



Pernahkah anda dengan serius memikirkan, jalan apa yang bisa anda tempuh untuk meningkatkan taraf hidup anda ?



Saya sendiri memilih MLM sebagai "kendaraan" saya untuk mencapai level kehidupan yang lebih baik. Tentu saya tahu, ada banyak jalan lain yang bisa dipilih agar kita bisa hidup lebih makmur. Bisa atau tidaknya kita mencapai target hidup 10 tahun lagi, tentunya dipengaruhi oleh serius / tidaknya kita menjalankan apa yang telah kita pilih tersebut.



Sayangnya, tidak sedikit orang yang telah memilih, tidak benar-benar "mengendarai" apa yang sudah dipilihnya. Saya sering melihat bahwa orang cenderung semangat menjalankan MLMnya hanya beberapa bulan pertama saja. Ketika penghasilan yang diharapkan tidak kunjung datang, orang gampang menyerah dan bahkan menyalahkan sistem atau orang lain.



Dalam menjalankan MLM, memang perlu ada penyesuaian pola pikir. Sebagai seorang pegawai, anda tahu bahwa di akhir bulan anda akan menerima gaji. Sedangkan ketika menjalankan MLM, penghasilan yang akan anda terima tentunya bergantung pada kerja yang anda lakukan, entah melalui penjualan atau perekrutan member baru. Hasilnya tentu bisa naik turun, apalagi jika anda terbilang baru di dunia MLM.



Tetapi, sebagai pegawai, anda tidak bisa mengharapkan kenaikan gaji terlalu besar. Apalagi jika kantor tempat anda bekerja termasuk pelit. Yang bisa anda harapkan adalah pembagian bonus yang mudah-mudahan setara dengan kerja keras anda, dan kenaikan gaji berkala yang biasanya tidak mampu mengimbangi tingkat inflasi. Adakalanya, anda juga diharapkan untuk bekerja lebih banyak / lebih keras seiring dengan kenaikan tingkat karir anda.



Sedangkan ketika menjalankan MLM, yang dilakukan pada dasarnya tidak berubah. Anda hanya perlu menduplikasi apa yang sudah dilakukan oleh leader / upline anda yang sudah lebih dahulu sukses. Job description anda relatif tidak berubah, meskipun anda melakukannya selama bertahun-tahun. Dan saat anda mampu bertahan hingga 10 tahun mendatang, berkat kekuatan jaringan dalam MLM, penghasilan yang didapatkan akan bertambah secara eksponensial. Masalahnya adalah, mampukah anda bertahan hingga 10 tahun mendatang ?



Saya tidak akan menyarankan anda untuk langsung berhenti dari pekerjaan anda, dan masuk sebagai anggota suatu MLM tanpa perhitungan yang masak. Pada kenyataannya, anda dapat mulai suatu bisnis MLM selama anda masih dalam status pegawai. Memulai MLM pun tidak membutuhkan modal yang besar, bahkan ada yang hanya perlu beberapa puluh ribu rupiah saja.

Hanya saja, kemudahan ini bisa membuat banyak orang terlena dan tidak fokus, bahkan lupa pada target hidup 10 tahun ke depan. Seperti yang saya tulis di atas, keseriusan anda menjalankan apa yang sudah anda pilih, tentu akan memberikan kontribusi bagi kemakmuran hidup anda 10 tahun mendatang.



Downline = Nyawa Berkembangnya Jaringan

Kamis, 10 Juni 2010 | 0 komentar »

Salah satu alasan penolakan yang sering saya dengar ketika saya menawarkan peluang usaha melalui MLM adalah, "Nggak bisa cari downline... "



Hal ini tampaknya merupakan celah bagi beberapa pendiri situs money game yang marak beredar di internet. Bukan satu dua kali saya melihat iklan "dapatkan penghasilan jutaan, tanpa perlu cari downline. Usaha halal, bukan MLM." Hayah..., saya kok malah curiga kalau ada embel-embel bukan MLM...



Mendapatkan downline memang disebut-sebut sebagai "nyawa" dalam pengembangan jaringan. Dengan adanya downline, kerja anda memasarkan produk MLM menjadi terbantu. Tetapi, seperti yang juga saya alami, mengajak orang untuk menjadi downline tidaklah mudah.



Banyak orang menyangka, bahwa semakin tinggi level yang dimiliki seseorang dalam suatu jaringan MLM, maka akan semakin mudah mengajak orang masuk ke dalam jaringannya. Hanya masalahnya,

sebelum sampai ke level dengan penghasilan tinggi, tidak sedikit orang yang menyerah karena tidak kunjung mudah mendapatkan downline, terutama downline yang kompeten.



Salah satu hal yang saya lakukan untuk bisa menduplikasi ilmu orang-orang yang sudah lebih dulu sukses dalam MLM yang saya ikuti adalah membaca blog pribadi mereka. Saya sendiri bersyukur, karena berkat akses internet, saya bisa dengan mudah mempelajari keseharian leader-leader saya lewat blog. Mereka bahkan tidak segan membagi ilmunya lewat chatting, facebook, twitter maupun email. Dari sini saya tahu, bahwa meskipun seorang Diamond sudah memiliki ribuan downline, mereka masih kerap kali mendapatkan penolakan. Seorang leader pernah bercerita bahwa dia baru saja bicara di depan 30 orang prospek, dan tidak satupun yang berminat menjadi anggota.



Tentunya, punya ribuan downline adalah hasil dari berbicara pada berpuluh-puluh kali lipat lebih banyak orang. Dan tentu saja, mengalami ribuan kali penolakan.



Adam Khoo mengatakan bahwa "The Price of Being a Genius" adalah meluangkan waktu 10 ribu jam untuk melakukan suatu hal.







Anyone can be genius in something, you just have to pay a price.



Semua orang bisa menjadi jenius dalam suatu hal, anda hanya perlu membayar harganya. Masalahnya, maukah anda meluangkan waktu dan tenaga anda untuk membayar harga tersebut ?



Contohnya, Tiger Woods mulai diajar ayahnya sejak dia berusia 3 tahun. Dia berlatih 4-5 jam sehari, sehingga pada usia 21 tahun dia menjadi pegolf nomor 1 di dunia.



Hal ini juga bisa saya lihat dari keseharian orang-orang yang sukses menjalankan MLM. Kuncinya adalah konsisten berbicara tentang bisnis mereka kepada orang lain. Memang tidak setiap orang mau bergabung, tetapi usaha yang konsisten dan terus menerus tentunya akan membuahkan hasil yang manis.



Bagaimana dengan janji-janji "tidak perlu mencari downline... " yang sering diumbar di internet ? Saya sendiri akan menyarankan anda untuk meneliti dulu dengan seksama, sistem apa yang dipakai untuk mengembangkan jaringan bisnis tersebut. Kok saya curiga, yang biasanya pakai janji seperti ini, adalah salah satu bentuk money game...



Bisnis Sukses = Pernikahan Sakral

| 0 komentar »

Anda yang sudah menikah, pasti tahu bahwa untuk menjaga agar pernikahan tetap langgeng, butuh satu hal yang namanya KOMITMEN. Komitmen untuk selalu bersama dalam suka & duka, dalam sedih & senang, dalam sehat maupun sakit. Betul tidak ?



Menurut saya, hal yang sama berlaku dalam menjalankan bisnis. Kalau mau bisnis kita bertahan lama, tentu perlu komitmen dalam melakukannya. Antara lain:



1. Komitmen untuk memulai. Tidak sedikit orang yang bercita-cita punya bisnis sendiri. Tapi, seringkali hal ini hanya berhenti pada angan-angan saja, dan tidak ada tindakan kongkrit yang diambil untuk mulai mewujudkan angan-angan tersebut. Ada saja alasannya, mulai dari tidak punya modal, tidak punya waktu, tidak tahu bagaimana memulainya...



Saya yakin, tidak sedikit dari kita yang "ngiler" dengan penghasilan jutaan per bulan yang ada di testimoni beberapa leader MLM. Atau, bermimpi ingin jadi diamond yang mendapatkan fasilitas mewah. Tapi kenyataannya, masih ada juga yang banyak alasan, sehingga susah untuk mulai bergerak. Tidak punya waktu, tidak punya banyak kenalan, tidak tahu bagaimana harus memulai... padahal, jika anda mau berusaha, pastinya ada banyak cara yang bisa anda lakukan untuk mulai melakukan MLM anda.



2. Komitmen untuk menjalankan. Ada banyak bisnis yang bisa dikerjakan secara paruh waktu, sebagai sampingan. Tetapi, berhubung usaha sampingan, tidak sedikit orang yang juga mengesampingkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk menjalankan bisnis tersebut. Akibatnya, bisa ditebak, energi yang dicurahkan untuk menjalankan bisnis itu semakin menghilang, bahkan pada akhirnya menghilang sama sekali.



Di dekat rumah saya, ada sebuah warung makan, yang sebenarnya rasa masakannya lumayan enak. Tapi sayangnya, si empunya warung makan tidak begitu konsisten mengelola warung makan tersebut. Ada saja alasan untuk meliburkan warung makan tersebut, mulai dari urusan keluarga, mahalnya bahan baku, cuaca yang tidak bersahabat, dan macam-macam alasan lainnya. Orang yang sudah meluangkan waktu untuk datang berkunjung, seringkali jadi kecele karena menemukan warung tersebut tutup. Akibatnya, lama kelamaan orang malas datang, pengunjung warung menjadi berkurang drastis, dan pada akhirnya, warung tersebut terpaksa tutup selamanya.



Apa yang perlu dikerjakan dalam MLM, pada dasarnya bukan hal yang sulit. Suatu perusahaan MLM yang baik pasti memiliki buku pedoman, artikel, serta pelatihan yang bisa anda ikuti. Tetapi, ketika anda melakukannya dengan setengah hati, jangan heran kalau apa yang anda dapatkan juga tidak maksimal. Bagaimana kita bisa mengajak orang lain untuk bergabung, kalau orang tersebut merasa kita tidak maksimal menikmati apa yang kita lakukan ?



3. Komitmen untuk terus belajar. Menjalankan bisnis, apapun bisnisnya, tentu tidak selamanya berjalan dengan lancar. Adakalanya apa yang kita peroleh tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.



Misalkan kita berniat untuk membuka suatu toko pakaian. Saat awal-awal toko tersebut dibuka, belum tentu toko tersebut akan dikunjungi banyak orang. Kecuali anda melakukan promosi besar-besaran. Sesudah masa promosi berlangsung pun, belum tentu pelanggan akan datang kembali. Ada banyak faktor yang menentukan, seperti harga produk, trend fashion, atau banyaknya persaingan toko sejenis. Bisa juga karena layanan di toko kita ternyata mengecewakan pelanggan. Tentu hal-hal seperti ini adalah masalah yang bisa dicari solusinya, asalkan kita mau belajar. Misalnya, mengamati harga produk sejenis di pasaran, rajin mencari info tentang trend fashion dari majalah, atau belajar memberikan layanan yang baik bagi pelanggan.



Begitu juga dalam dunia MLM. Mengajak orang lain untuk bergabung seringkali menjadi hal yang tidak mudah untuk kita. Tetapi, dengan belajar memilih kata-kata, menimba dan mencuri ilmu dari leader-leader yang sudah lebih dulu berhasil, dan banyak berlatih, tentu akan membuat kita terbiasa dan memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi untuk merekrut orang.



Kembali ke topik pernikahan...

Selama menikah, tentunya tidak selalu kehidupan pernikahan itu berisi dengan hal-hal yang menyenangkan. Bahkan, setelah beberapa lama hidup bersama, ada kalanya kita berselisih pendapat dengan dengan pasangan kita. Pastinya, ada cobaan yang kadang-kadang menghalangi

kebersamaan kita dengan pasangan. Kesal dengan pasangan, itu hal yang wajar. Dan kita punya pilihan untuk menganggap hal ini sebagai sesuatu yang sudah tidak bisa menyatukan lagi, atau memilih untuk bersabar dan memaafkan pasangan kita.



Begitu juga dalam menjalankan bisnis, terutama MLM. Kita perlu belajar untuk memahami kelebihan dan kekurangan sistem dan cara kerja MLM yang kita ikuti. Tidak ada bisnis yang diciptakan sempurna, tetapi pasti ada solusi untuk menangani suatu masalah. Tidak selamanya apa yang kita lakukan memberikan hasil yang menyenangkan, tapi kita bisa memilih untuk bersabar dan belajar mengatasi masalah.